You're lier #part_two ( Kecelakaan Brutal )


#Kecelakaan_Brutal

 Saat itu ayah mengendarai mobil dalam kecepatan yang wajar, tapi maut tak bisa ditolak dari arah kiri ada mobil truck yang nyelonong sehingga terjadi tabrakan parah. Mobil yang dikendarai ayah terlempar sampai sejauh 2 km. ayah tewas di tempat. Sementara truck-nya terbalik dan kemudian meledak akibat gesekan tangki minyak dengan aspal. Mobil ayah terbakar. Pihak kepolisian meluncurkan 10 unit mobil patroli, 2 buah helikopter pemantau. Kemudian pihak pemadam kebakaran datang dengan membawa 5 unit armada pemadam, 3 unit helikopter pemadam, pihak rumah sakit terdekat juga mengirimkan 3 unit ambulance. Kejadian itu terjadi sekitar pukul 02.00 dini hari,

 kakek landing tepat pukul 02.00, tapi karena kecelakaan itu terjadi kakek harus menunggu di bandara. Saat itu pihak kepolisian kesusahan mengeluarkan jasad ayah karena mobil yang di kendarai ayah terbalik dan dalam keadaan terbakar. Perlu waktu sekitar 45 menit untuk mengeluarkan ayah dari dalam mobil, namun naas setelah jasad ayah dikeluarkan mobilnya meledak. Pihak pemadam kebakaran sulit memadamkan api yang membakar mobil ayah, karena ayah masih ada di dalam dan harus dikeluarkan. Lima orang polisi menderita luka bakar parah akibat ledakan dari mobil ayah, ambulance langsung membawa lima orang polisi tadi dan ayah ke rumah sakit terdekat.

 Ketika itu, pihak keluarga belum ada yang tau kejadian yang terjadi, pihak kepolisian sulit mengidentifikasikan jasad ayah yang sudah hancur terbakar. Sampai pukul 03.55 dini hari identitas ayah belum juga di ketahui, bunda merasa gelisah karena ayah belum juga pulang kerumah. Karena kegelisahan bunda haris sebagai anak yang tertua disuruh menyusul ayah dengan motor, hanya haris yang sudah punya SIM dan KTP. Haris menyusul ayah dengan motor sport hadiah dari ayah. Haris menyusuri jalan menuju bandara namun ketika hendak sampai di lokasi kejadian haris bingung dengan lampu dari search light helikopter yang memenuhi lokasi kejadian. Ketika sudah sampai di lokasi kejadian, haris di berhentikan sama polisi.

 Haris diminta menunjukkan kartu identitasnya, haris menunjukkan KTP, SIM, dan STNK motornya.

 “ada kejadian apa ya pak ?” tanya haris.

 “ada tabrakan antara truck dengan mobil penumpang“ jawab polisi.

 “mobilnya, mobil apa pak ?” tanya haris.


 “sampai sekarang identitas korban bahkan kendaraannya belum bisa kami identifikasi” jawab polisi itu.

 “emm.. pak bisa gak saya lihat mobil korban” tanya haris, haris mulai merasa khawatir.

 “oh.. boleh ayo saya antar” polisi tadi membawa haris kedekat mobil korban yang sudah hangus terbakar.

 Haris mencermati mobil korban kemudian ia baca plat yang sudah hangus setengah di mobil korban.

‘ B 2111 ZE ’ hanya itu yang dapat terbaca oleh haris.

 “ah pasti bukan” haris mulai semakin khawatir setelah melihat plat yang hampir sama dengan plat mobil ayahnya. ‘B 2111 ZE’ . hanya saja di plat mobil ayahnya ada gambar kupu-kupu yang ditempel salsa di sudut kiri bagian bawah dan ternyata gambar itu ada !

 “pak ini mobil ayah saya !” haris terduduk lemas.

 “pak kepala identitas korban semakin jelas !” polisi yang membawa haris tadi berbicara dengan seseorang melalui Handy-Talkie di bajunya. Banyak polisi yang berdatangan ke arah haris.

 “sekarang ayah saya ada di mana pak !” haris hampir histeris namun tetap berusaha tegar.

 “apa benar ini kendaraan ayah adik ?” tanya seorang polisi yang kelihatan seperti detektif.

 “iya pak ini buktinya, satu tahun yang lalu adik perempuan saya menempelkan stiker kupu-kupu ini disini !” haris menunjukkan letak stiker di plat mobil ayahnya.

 “kalau begitu ayo kita tes DNA dik di rumah sakit tempat korban sekarang berada” kata polisi detektif tadi.

 “ayo pak segera !” Haris berlari ke arah motor sportnya dan langsung melaju mengikuti satu mobil polisi pembimbing. Sekitar 3 unit mobil patroli polisi mengawal haris sampai kerumah sakit. Haris merasa mobil polisi ini kurang cepat haris mendekati mobil polisi pembimbing,

 “pak dimana rumah sakitnya ?” tanya haris sambil jalan.

 “dari sini lurus kemudian ada belokkan ke kanan, rumah sakitnya depan jalan raya” polisi pembimbing menjelaskan letak rumah sakitnya.

 “terima kasih pak, saya duluan !” haris langsung melaju kencang dan menambah kecepatan motornya.

 “dik.. tunggu..” belum sempat polisi pembimbing tadi bicara haris sudah berada jauh di depannya.

 “tambah kecepatan kejar adik itu !” kata polisi pembimbing ke polisi yang mengemudi.

 Haris melampaui batas kecepatan yang diperbolehkan, di depan rumah sakit haris hampir saja jatuh terpeleset.

 “mbak, dimana korban kecelakaan yang baru tiba” tanya haris ke perawat.

 “di sebelah sana bagian identifikasi polisi” jelas perawat itu.

 “terima kasih” haris langsung berlari ke ruangan identifikasi. Sesampainya di depan pintu ruang identifikasi, haris tidak diperbolehkan masuk.

 “maaf dik ini ruangan khusus kepolisian” kata penjaga ruangan itu.


 “saya anak dari korban kecelakaan itu !” haris hampir saja menjerit. Polisi yang tadi mengawal haris datang kemudian memperbolehkan haris masuk ruang identifikasi.

 “ayah...!” haris menghamburkan diri ke jasad ayahnya yang nyaris tidak utuh lagi.

 “adik ayo kita tes DNA mu !” kata polisi penjaga. Haris ikut ke ruang pemeriksaan. Berbagai pemeriksaan di jalani haris dengan kekhawatiran yang mendalam. Polisi langsung menemukan ke cocokan DNA antara korban dengan haris.

 “dik, tolong isi semua data yang di perlukan” suruh polisi penjaga tadi. Haris langsung menuliskan hal-hal yang dibutuhkan.

    “baiklah dik kami akan mengkonfirmasikan ke keluarga korban“ kata polisi penjaga. Haris mendekati ayahnya.

 “dik tolong tunjukkan arah rumah adik“ haris langsung bangkit dan menuju parkiran mengambil motor sportnya kemudian berjalan disusul polisi di belakangnya.

 Haris menambahkan kecepatan namun tetap pada batas yang ditentukan, polisi mengerti perasaan haris. Mereka langsung menambah kecepatan agar cepat sampai di rumah korban. Azan shubuh berkumandang. Haris berjalan diiringi embun yang terus turun membasahi bumi ini. Sesampainya dirumah, dilihatnya keluarganya baru selesai sholat shubuh. Begitu mendengar kabar duka, bunda dan salsa langsung bergegas menuju rumah sakit dengan mobil polisi.
 Sesampainya di rumah sakit bunda dan salsa langsung menghambur ke jasad ayah,

 “ayah.. maafin salsa yah... bangun yah... salsa janji deh gak bakal nakal lagi... ayah.. banguuun... tolong yah...” salsa menangis histeris seraya memeluk jasad ayah yang sudah hampir hancur itu.

 “ris.. ayah udah gak ada ris..“ bunda menangis di pundak haris.

 Bunda memeluk anak sulungnya itu. Haris berjalan mendekati salsa diiringi bunda,




 “sudahlah sa ayah udah tenang di alam sana” haris berusaha menenangkan salsa, berat rasanya kehilangan seorang ayah dalam kehidupan mereka.
 Handphone haris bergetar di saku celananya tanda ada panggilan masuk,

 “halo.. “ haris mengangkat panggilan.

 “maaf mas, ini dengan keluarga bapak sukito ?” tanya seseorang di ujung telepon.

 “iya, saya cucu dari bapak sukito, ada apa ya pak ?” haris balas bertanya.

 “maaf mas pak sukito sudah lebih dari 2 jam sejak mendarat berada di bandara dan belum ada yang menjemput, bisa tolong salah satu anggota keluarga pak sukito untuk  menjemput   pak  sukito  di  bandara sekarang ?” tanya seseorang yang kedengaran seperti petugas bandara.

 “oh iya, baiklah pak saya segera kesana !” haris lupa kalau kakeknya belum dijemput sejak jam 02.00 dini hari,


 haris langsung pamit ke bunda dan salsa serta beberapa petugas kepolisian untuk menjemput kakek. Haris melirik jam tangannya,

 “pukul 04.30”

 Haris segera memacu sepeda motornya menuju bandara. Di perjalanan haris terbayang wajah wibawa ayah yang selalu menemaninya disaat ia sendiri, yang mempunyai bahu tempat bersandarnya haris, yang mampu memberikan waktunya hanya untuk haris berkeluh kesah, yang menjadi pahlawan di dalam keluarga, sebagai pembela keluarga saat terjerat masalah. Namun semua ingatan itu, kenangan itu hanyalah kenangan yang dapat dikenang di suatu hari nanti. Air mata haris menetes dari pelupuk matanya namun cepat-cepat di hapus nya, haris teringat pesan ayah dalam berkendara,

 “kalau lagi mengendarai kendaraan gak boleh dalam keadaan bersedih apalagi dalam keadaan menangis, nanti gak fokus ke jalan”

 Ayah mengatakan itu beberapa tahun lalu sesaat sebelum ia mendapatkan SIM. Haris memacu motornya lebih kencang dari sebelumnya namun tetap di batas yang diperbolehkan.

 Haris melirik jam tangannya,
 “pukul 04.55” batinnya berkata.
 Sesampainya di bandara haris menghubungi petugas bandara yang menghubunginya tadi.

 “halo..” seseorang di ujung telepon menjawab.

 “halo.. saya cucu dari pak sukito, kalau boleh tau pak sukito sekarang berada di mana ya ?” tanya haris.

 “oh.. bapak sukito sekarang berada di pusat informasi di lantai satu dik.” Petugas bandara menjawab.

 “oh baiklah, saya langsung kesana sekarang” haris menutup teleponya dan berjalan menuju pusat informasi lantai satu.

 “kakek..“ haris menjabat tangan kakek.

 “koq lama sekali ris ?” tanya kakek.

 “ayah kecelakaan kek..” haris berkata pelan.

 “lho, gimana ceritanya ?” kakek bertanya.

 “sebentar ya kek, haris sholat shubuh dulu di mushola” haris meninggalkan kakek dan berjalan ke arah mushola bandara.

 “ eh.. sebentar kakek juga mau sholat shubuh” kakek mengikuti haris sambil membawa barang bawaannya.

 Haris membantu kakek membawa barang kakek dan berjalan bersama menuju mushola bandara. Sesampainya di mushola, haris dan kakek sholat bersama. Haris mendoakan ayahnya agar tenang di alam sana, air mata haris jatuh ke sajadah tempatnya sujud.

 “ayo ris kita pulang“ ajak kakek. Haris langsung menghapus air matanya.

 “kamu kenapa  nangis  ris?”  tanya  kakek.

 “ayah meninggal dalam kecelakaan..” haris menghela nafas.

 “aaa..apa..” kakek terduduk lemas.

  “ka..ka..kamu..be..be..beneran..?” kakek tergagap gak menyangka menantunya meninggal di saat ia kembali dari perjalanannya.

 “iya kek” haris membantu kakek berdiri.

 “innalillahi..” kaki kakek masih bergetar lemas mendengar berita dari cucunya.

 “ayo kek kita ke rumah sakit.” Haris berkata pelan sambil membimbing kakek menuju parkiran kendaraan roda dua. Sesampainya di parkiran haris langsung mencari motor pemberian ayahnya itu. Sesampainya di motor sportnya, haris langsung menyusun letak barang kakek sedemikian rupa.

 Haris dan kakek langsung bergegas menuju rumah sakit, haris melihat jam tangannya

 ‘pukul 05.15’ batinnya.

 Sesampainya dirumah sakit, kakek langsung menarik tangan haris untuk menuntunnya ke ruang di mana menantunya berada.

 “ayo, ris..” kata kakek setengah berlari. Haris membawa barang bawaan kakek menuju ruang identifikasi polisi. Setibanya di ruang tersebut, kakek langsung menemukan bunda dan salsa sedang duduk di bangku pojok ruangan dan langsung mendatangi mereka. Melihat kedatangan kakek, bunda dan salsa langsung berdiri menjabat tangan kakek.

 “kakek..” salsa memeluk kakek dalam keadaan menangis.

 “ayah.. udah gak ada kek..” salsa menangis dalam pelukan kakeknya.

 “sudah lah sa jangan menangisi kepergian seseorang terlalu berlebihan ah..” kakek mengelus punggung cucunya itu. Sebenarnya kakek juga merasa terpukul karena kehilangan menantu yang sangat baik padanya.

“ayah mana bun?” tanya haris.


 “ayah lagi di mandikan dan di tutupi luka bakarnya sama dokter.” Jawab mama.

 “dik, korban kecelakaan mobil ini sudah dapat di bawa pulang” kata salah seorang petugas kepolisian.

 “baiklah pak saya akan urus biaya administrasinya, korban silahkan langsung di bawa ke ambulance aja” kata haris dan langsung keluar menuju ruang administrasi.

 “baiklah bu’ kita langsung menuju ambulance yang uda disediakan di belakang.” Kata petugas kepolisian tadi.

 “iya pak ayo” bunda, salsa, dan kakek langsung mengikuti para perawat yang mendorong bed ayah menuju tempat parkiran ambulance. Salsa melihat wajah ayah yang sudah ditutupi kain putih, salsa kembali meneteskan air mata melihat ayah yang tak lagi dapat mendampinginya. Salsa beneran gak sanggup melihat ayah terbaring tanpa daya dengan wajah tertutup kain putih.

 Kakek berusaha tetap tegar melihat menantunya meninggal. Sesampainya di ambulance, bed dorong ayah langsung dimasukkan ke dalam mobil. kakek, bunda, dan salsa pun turut menyertai ayah di dalam ambulance.

 “ayo pak kita berangkat ke rumah duka !” kata bunda kepada supir ambulance.

 “sebentar ya bu’ kita tunggu perintah dari dalam“ sahut supir ambulance tersebut. Tak lama kemudian terdengar suara dering handphone supir tersebut,

 “baik pak ambulance segera berangkat !” supir ambulance tadi berbicara dengan seseorang di ujung telepon. Sirene ambulance dihidupkan dan mobil mulai berjalan. Rintik hujan mulai membasahi bumi nusantara ini. Karena masih pagi, belum banyak orang yg beraktifitas. Ambulance berjalan cepat tanpa hambatan. Salsa memeluk ayah yang sudah terbalut kain putih,

 “salsa... sudah-sudah, nanti ayah gelisah di sana” kakek menarik salsa ke pangkuannya. Salsa menangis di pelukan kakek.

 “salsa beneran gak sanggup kek.. hidup tanpa ayah...” salsa terisak di pangkuan kakeknya yang hanya bisa mengelus punggung cucu tersayang nya itu. Bunda menyandarkan kepalanya di pundak kakek.

 Di tengah perjalanan, haris datang dengan sedikit kencang dan memandu mobil ambulance ke rumahnya. Haris meng-klakson motornya apabila ada orang menghadang jalannya. Haris kelihatan gelisah, terlihat dari caranya membawa motor.

 Sesampainya di rumah, haris langsung menyediakan segala sesuatu yg dibutuhkan. Haris menyarankan agar jasad ayahnya langsung di kebumikan. Setelah selesai menyiapkan sesuatu yg di butuhkan, ambulance kembali berjalan menuju masjid terdekat. Bunda haris meminta kepada pengurus masjid untuk mengabarkan berita duka tersebut ke warga sekitar. Tak lama kemudian warga berdatangan, sebagian dari warga adalah tetangga dekat rumah. Sekitar kurang lebih tujuh shaf terisi untuk yang laki-laki dan lima shaf untuk perempuan, haris menjadi imam mayit bagi ayahnya. Tak sedikit yang meneteskan air mata ketika sholat berlangsung.

 Sosok ayah sangat di kenal masyarakat karena kebaikan yg pernah diberikan ayah kepada warga disekitar.

 Biasanya ayah menjadi penengah jika ada masalah di tengah masyarakat. Selesai sholat, para jama’ah menyalami haris dan menyampaikan rasa turut berduka cita atas meninggalnya sosok yg disegani masyarakat karena kebaikannya.

 Selesai mensholati mayit kelurga haris kembali bergerak menuju TPU. Tak sedikit warga yang turut menyertai keluarga haris menuju TPU. Selesai memakamkan ayah dan mendoakannya haris kembali kerumah bersama kakek, bunda, dan salsa. Malam ini akan ada pengajian di rumah haris. Keluarga yg dari jauh pun turut berdatangan mengucapkan turut berduka cita. Salsa yg sangat terpukul atas kepergian ayah sangat jarang keluar kamar dan menjadi pendiam, setiap kali keluar kamar pasti matanya sembab kelihatan habis menangis. Syukurlah hanya berlangsung seminggu, tapi sifat pendiamnya tak kunjung hilang sampai ia mau tamat jenjang SMA.

    Kejadian tabrakan brutal itu tak bisa di lupakan salsa, haris, juga bunda. Keluarga haris hanya bisa sabar atas kejadian itu. Salsa selalu menunduk jika mengingat kejadian itu..

--BERSAMBUNG--


Komentar